كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ
Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). (Surah Ali `Imran: 110)

20 Juli 2012

Siang Hari Berpuasa, Malam Hari Berpuas-Puas?







Sempat bingung tentang apa yang paling cocok diposting di masa bulan puasa ini, saya pikir ada baiknya memposting pengalaman-pengalaman selama menjalani bulan puasa aja. Pengennya sih tetap mempertahankan topik dan gaya menulis seperti biasa, tetapi ndak ada salahnya membuat sebuah pengkhususan selama bulan puasa ini. Malam pertama dan kedua Ramadhan ini saya melaksanakan sholat tarwih di Masjid Pusat Dakwah Muhammadiyah Sulsel, selain karena masjid ini yang terdekat, jumlah jamaahnya juga lumayan banyak.

Tauziyah Ramadhan selama dua malam berturut-turut diisi oleh Ust. Mawardi Paewangi dan Ust. Aliyuddin, keduanya juga sering menjadi jamaah rutin di Masjd ini. Ada beberapa hal menarik yang bisa saya tangkap dari tauziyah mereka. Berikut saya sajikan poin per poin.
1. Hanya Memindahkan Jadwal Makan
Ust. Mawardi menjelaskan bahwa kebanyakan umat ini berpuasa tetapi sebenarnya hanya memindahkan jadwal makan saja. Jika sebelum ramadhan kita makan secara teratur pagi, siang, dan malam, maka selama bulan puasa banyak yang hanya memindahkan jadwal makannya, bahkan sampai 4 kali makan. Buka puasa makan, habis maghrib makan, habis tarawih makan lagi, sahur makan, jadi jadwal makan selama bulan Puasa justru lebih banyak dibanding bukan bulan puasa. Itulah sebabnya menurut beliau mengapa harga bahan pokok meningkat di bulan Ramadhan karena jadwal makan lebih padat. Karena itu, jika padang siang hari kita MENAHAN makan dan minum maka pada malam harinya kita harus MENGENDALIKAN makan dan minum, bukan berpuas-puas.
2. Sebenarnya kita puasa bukan hanya siang hari tetapi 24 jam
Ust. Aliyuddin menjelaskan bahwa kita puasa sebenarnya bukan hanya siang hari tetapi juga di malam hari. Hanya saja, di malam harinya kita diperbolehkan makan dan minum dan bergaul dengan istri bagi yang sudah berkeluarga. Jadi pengendalian diri yang dilakukan di siang hari tetap harus dibawa ke malam harinya, kecuali menahan diri dari makan dan minum sebab hal tersebut dihalalkan di malam hari. Kaitannya dengan itu, beliau menjelaskan bahwa permulaan puasa bukanlah di waktu Sahur, tetapi setelah berbuka. Saat matahari terbenam, maka puasa pada hari itu telah selesai dan puasa untuk hari berikutnya dimulai. Hanya saja kita masih dibolehkan makan dan minum sampai terbit Fajar. Jadi intinya, kita berpuasa selama 1 bulan (siang dan malam) bukan hanya di waktu siang.
3. Malam lebih dulu daripada siang
Permulaan sebuah hari adalah ketika matahari terbenam, bukan ketika matahari terbit, demikian Ust. Aliyuddin menjelaskan. Jika hari ini adalah hari Senin, maka saat matahari terbenam pada hari itu berarti hari Selasa telah dimulai, sehingga tidak ada istilah Senin malam, tetapi yang benar malam Selasa. Olehnya itu penggunaan istilah “siang malam” sebenarnya kurang tepat, seharusnya “malam siang”. Beliau memaparkan, dalam al-Qur’an Allah selalu mendahulukan malam ketika menyebut malam dan siang bersamaan. Misalnya “…dan silih bergantinya malam dan siang…” (QS. Ali-Imran:190).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar