Peran Hadharim
Dalam
berhijrah ke suatu negeri, dakwah adalah sebuah motivasi bagi hadharim
(etnis hadhramaut). Negara-negara yang mereka tuju antara lain Afrika
Timur, Zanjibar, Pantai Gading, Madaghaskar, dan Asia mulai dari India
hingga Indonesia.
Tidak semua hadharim yang berhijrah
bertujuan mengais rejeki. Namun di antara kelompok ‘muhajirin’ itu juga
mempunyai misi dakwah. Penganut tasawwuf banyak melakukan reformasi
dalam bidang sosial kemasyarakatan dan sangat berpengaruh dalam merubah
corak sosial negara yang baru di tempatinya. Sehingga masyarakat pribumi
dengan senang hati memeluk agama Islam dan menyerap ajaran-ajaran
Islam.
Mereka merintis suatu kulturisasi
peradaban dan kebudayan pribumi dengan peradaban Islami. Namun dengan
tetap mengkokohkan ajaran Islam. Ini mendalilkan, ajaran Islam selalu
sesuai dengan segala aspek kehidupan, di manapuan dan kapan pun.
Hadharim mempunyai tempat yang spesial di mata pribumi. Banyak dari
pribumi yang kemudian mengawinkan putri-putrinya dengan hadharim.
Sebagian ada yang diangkat sebagai pemuka masyarakat.
Hadharim telah terbukti partisipasinya
dalam mengagungan Islam. Mereka juga mampu memberikan jawaban dan
tantangan. Hal itu bisa dilihat tatkala Andalus sebagai pusat peradaban
Islam justru sedang mengalami kekalahan, hadharim sanggup menyebarkan
Islam di beberapa penjuru dunia dalam masa yang relatif singkat.
Kenyataan ini terukir dalam sejarah. Saat
pertama kali bangsa Eropa (Inggris, Spanyol dan Portugal) mengirimkan
pasukan perang salib dan melebarkan sayap imperialisme ke segala penjuru
dunia Islam, dan daerah–daerah yang sulit dijangkau pemerintahan Usmani
(Ottoman), hadharim bahu-membahu dengan pribumi melakukan perjuangan
perlawanan terhadap imperialisme barat. Meski dengan fasilitas apa
adanya. Bantuan pada pribumi bukan saja dalam sektor ekonomi dan budaya,
tapi juga di bidang politik militer dan siasat perang.
Penganut tasawwuf yang menghindar dari
perpolitikan di Hadramaut, yang merupakan hasil dari pertumpahan darah
antar kabilah yang tak berujung, melibatkan diri dalam perpolitikan
negeri singgahannya. Sekaligus, menyebarkan Islam juga.
Dalam sejarah Afrika, Hadharim ikut serta
dalam perjuangan rakyat melawan penjajah Eropa. Sebelumnya telah
terjadi hubungan baik dalam bidang dagang antara Yaman dan Afrika sejak
pra Islam. Lalu hubungan ini bertambah baik pasca kedatangan Islam.
Bahkan seorang hadhrami pernah menjadi Amir (pemimpin) di sebagian
pemerintahan daerah sepanjang pantai Afrika Timur, dari Somalia sampai
ke Mozambik. Ini terjadi sebelum datangnya Imperialis Barat ke Afrika.
Begitu pula keterlibatan mereka dalam perang melawan kolonial Potugal.
Dalam pemerintaha Omman, mereka juga
mempunyai pengaruh yang kongkrit. Hadharim mempunyai pengaruh besar di
Madagascar. Bani Alawy berhasil memimipin tampuk pemerintahan di Juzurul
Qomar (Comoro).
Kronologi Masuknya Islam ke India dan Asia Tenggara
Mayoritas sejarawan menguatkan pendapat,
masuknya Islam ke India dan Asia Tenggara sudah dimulai sejak kurun
pertama Hijriyah. Hanya saja, penyebaran Islam tidak bisa langsung
seperti menggebyah uyah ke berbagai daerah dalam satu waktu, Namun Islam
masuk dalam berbagai tempat yang berbeda dan dalam waktu yang tidak
bersamaan.
Tepatnya pada kurun keenam Hijriyah,
Islam meluas ke daerah-daerah secara kontinyu hingga kurun kesebelas
melalui imigran dari Hadhramaut.
Yaman juga terkenal mempunyai hubungan
dagang yang baik dengan India dan Asia Tenggara semenjak pra Islam.
Hubungan itu terus berkembang sampai kehadiran Islam. Hubungan ini tidak
sebatas pada bidang dagang, tetapi juga mencakup bidang-bidang
kehidupan lain. Para ahli sejarah hampir sepakat tentang masuknya Islam
ke India dan Asia Tenggara melalui perantara Hadharim. Di samping juga
melalui orang India, Persi, ataupun Indonesia.
Hadharim dikenal dengan sifat-sifat
terpuji yang menyebabkan penduduk setempat tertarik dan simpati.
Pengaruh positif yang dirasakan itu juga merembet ke medan perpolitikan
regional. Mereka datang bukan untuk berperang dan menjajah. Bahkan, para
pribumi menganggap mereka sebagai simbol bangsa yang mampu membumikan
kemaslahatan dan keinginan pribumi di daerah tersebut.
Faktor-faktor yang memotifasi mereka
untuk terjun dalam aktivitas politik pribumi antara lain untuk
menyebarkan Islam, perjuangan melawan penjajah, dan motivasi-motivasi
lain.
Penyebaran Islam dan Walisongo
Seperti telah disinggung, tidak semua
hadharim yang hijrah hanya untuk mencari rejeki. Namun banyak sekali
kalangan dai dan ulama yang juga hijrah untuk menyebarkan Islam. Mereka
hijrah menuju India, dan disambut baik oleh raja-raja India Muslim. Hal
itu dilakukan sebab mereka membutuhkan kehadiran ulama yang dapat
dijadikan panutan dalam rangka menopang pemerintahanya dalam menghadapi
rakyat yang beragama Hindu. Juga untuk menyebarkan Islam di beberapa
wilayah, terutama pada kelompok Mabila.
Para dai tersebut mempunyai posisi
penting di mata raja-raja India Muslim. Di antaranya, al-‘Alamah as-Sufi
as- Syekh Muhammad bin Umar Bahroq (W 1524 M). Ia disambut oleh Raja
Sulthan Mudhaffar bin Mahmud Bahbikroh, yang kemudian berdomisili di
Gujarat dalam kurun waktu yang cukup lama. Ia mempunyai kedudukan
terhormat dalam kerajaan dan masyarakat, sebagai tumpuan dalam
menghadapi pengaruh orang-orang Hindu dan para Brahmana. Karena itu,
para musuh berfikir keras untuk melenyapkan dan melakukan tipu
muslihatnya dengan cara meracuni hingga ia meninggal dunia.
Demikian juga as-Sayyid Abdullah al-Idrus
(W 1632 M) yang hidup pada masa kerajaan Bayjayyur. Pengaruhnya sangat
kuat, khususnya pada pribadi Sultan Ibrahim Adil Syah. Otomatis, aliran
kebijakan kerajaan yang asalnya Syiah, berubah menjadi Sunni. Selain
itu, baju resmi kebesaran kerajaan berganti dengan model Arab, sebagai
ganti baju model Persi.
Keluarga yang mempunyai pengaruh paling
besar di India dan Asia Tenggara adalah keluarga Abdul Malik bin Alawi
(Ammul fagih) bin Muhammad (Shahib Mirbath). Mereka datang dari
Hadhramaut ke India pada akhir abad ke-6 Hijriyah. Keturunan Abdul Malik
telah mempunyai hubungan baik dengan kerajaan India, para pembesar dan
para ulama di sana. Tak heran bila keluarga ini bisa menyebar di segala
penjuru India. Keluarga besar ini punya nilai penting bagi masyarakat
Muslim India. Keluarga Abdul Malik Juga mendapat julukan Ali Adzamat
Khan.
Salah satu cucu Abdul Malik merupakan
salah satu dari Wali Songo yang masyhur di Asia Tenggara. Yaitu Ahmad
bin Abdullah bin Abdul Malik. Ia mempunyai pengaruh besar pada kerajaan
India. Terbukti dengan jabatannya sebagai salah satu menteri di India
dalam waktu yang cukup lama. Itu berlangsung sebelum terjadi gejolak
politik di India yang menyebabkan putra-putranya mengungsi ke China,
Siam (Thailand) dan Kamboja.
Di Kamboja, Jamaludin al-Husein bin Ahmad
kawin dengan salah satu puteri Raja Kamboja yang telah masuk Islam
bersama ayahnya. Dari perkawinannya lahir Ibrahim al-Ghazi. Dialah yang
menjadi panglima perang sekaligus ilmuwan yang memperluas kekuasaanya
sampai ke China, Malasyia, dan Sumatra. Ia lalu menikah dengan salah
satu putri Raja China, dan mempunyai putra bernama Rahmatullah dan
Ishaq. Ishaq inilah yang dikenal di Jawa dengan sebutan Maulana Ishaq
(ayahanda Sunan Giri) yang mempunyai kedudukan tinggi di pemerintahan
Raja Minak Jinggo, salah satu raja Banyuwangi Jawa Timur.
Maulana Ishaq mengawini salah satu puteri
Raja Minak Jinggo yang masuk Islam dan berhasil menyembuhkan penyakit
kanker sang puteri. Dari pernikahan ini lahir seorang putra yang diberi
nama Ainul Yaqin, seorang dai yang tidak asing lagi. Ia juga dikenal
sebagai pejuang dan mempunyai pengaruh yang besar dalam penyebaran agama
Islam di Asia Tenggara.
Sedangkan Rahmatullah atau Raden Rahmat
yang lebih populer sebagai Sunan Ampel mempunyai hubungan baik dengan
pemerintahan Kerajaan Majapahit yang beragama Hindu. Sebuah kerajaan
yang sangat berpengaruh di Asia Tenggara. Raden Rahmat mempunyai
hubungan dengan salah satu putera raja, yaitu Raden Joyo Waseso yang
masuk Islam di tangan Raden Rahmat dan berganti nama Abdul Fatah (Raden
Fatah). Ia ikut berperang melawan ayahnya sendiri dan berhasil
mengalahkannya serta merebut kekuasaan ayahnya di tahun 792 Hijriyah. Ia
lalu mula merintis berdirinya kerajaan Islam pertama kali di Jawa yang
terkenal dengan Kerajaan Demak. Dari sini Agama Islam mulai tersebar
secara besar-besaran.
Raden Rahmat mempunyai banyak putra, antara lain :
1. Ja’far Shadiq. Ia salah satu panglima pasukan Raden Fatah yang dikirim langsung untuk menggempur Majapahit.
2. Ibrahim. Ia salah satu panglima Raden Fatah yang mendapatkan mandat untuk berperang dan mendampingi Raden Fatah.
3. Zainal Abidin. Ia adalah perdana menteri ke-2 Raden Fatah. Dalam pemerintahan, ia dikenal tegas pada para penyembah berhala. Ali Khairuddin, salah satu ahli sejarah menyebutkan, Maulana Zainal Abidin mengumpulkan patung-patung di Jawa yang telah disembah hingga mencapai 650 patung, lalu dibuang di laut Madura dan laut Bawean. Ia juga menaklukkan seluruh penyembah berhala di bawah kekuasaanya. Para penyembah berhala dihadapkan pada dua opsi, masuk Islam, atau membayar jizyah (pajak). Sebagian ada yang masuk Islam dan sebagian lagi membayar jizyah dengan konsekuensi pengamanan dari pemerintahan.
2. Ibrahim. Ia salah satu panglima Raden Fatah yang mendapatkan mandat untuk berperang dan mendampingi Raden Fatah.
3. Zainal Abidin. Ia adalah perdana menteri ke-2 Raden Fatah. Dalam pemerintahan, ia dikenal tegas pada para penyembah berhala. Ali Khairuddin, salah satu ahli sejarah menyebutkan, Maulana Zainal Abidin mengumpulkan patung-patung di Jawa yang telah disembah hingga mencapai 650 patung, lalu dibuang di laut Madura dan laut Bawean. Ia juga menaklukkan seluruh penyembah berhala di bawah kekuasaanya. Para penyembah berhala dihadapkan pada dua opsi, masuk Islam, atau membayar jizyah (pajak). Sebagian ada yang masuk Islam dan sebagian lagi membayar jizyah dengan konsekuensi pengamanan dari pemerintahan.
Raja-raja Aceh juga keturunan Bani Alawi.
Salah satu raja yang paling berpengaruh dalam penyebaran Islam adalah
Raja Malik Kamil yang wafat pada tahun 607 H. Kemudian al-Malik
as-Shalih yang wafat pada tahun 696 H. Lalu putranya, Sulthan Muhammad
az-Dhahir yang wafat pada tahun 726 H. Diteruskan oleh putranya Ahmad
yang wafat di tahun 809 H. Dari Ahmad inilah nasab (silsilah keturunan)
raja-raja Brunai dan Jaremen Kuno, Baruwak, Salwa, Saibu , Mindanao, dan
Kanawa.
Di Philipina, Syarif Khabogsan (Syarif
Muhammad bin Ali Zainal Abidin) berpengaruh dalam penyebaran Islam. Ia
mendirikan pemerintahan Islam di sana. Ali Zainal Abidin ayah Kabogsan
hijrah dari Hadhramaut ke Johor dan menikah dengan puteri Raja Iskandar
Syah, Raja Johor yang kemudian mempunyai tiga orang putera. Yang bungsu
benama Muhammad bin Ali yang terkenal dengan sebutan Kaboghsan yang
berhijrah untuk dakwah, sampai ke daerah Mindanao di Philipina. Kemudian
mulailah penyebarkan Islam sekaligus perintisan negara Islam di sana,
berikut perlawanan terhadap kolonialisme barat dalam waktu yang cukup
lama.
Di Salwa, Syarif Abu Bakar Zainal Abidin
yang sampai ke sana tahun 853 H melakukan pergantian pemerintahan
setelah perkawinannya dengan satu-satunya puteri Raja Solo. Beliau lalu
menyebarkan Islam di negara tersebut. Para penggantinya dapat meluaskan
wilayah kekuasaanya dan melakukan perlawanan dengan kolonialisme Barat
pada saat itu.
Ikhtishar
1. Hadharim punya pengaruh besar dalam
penyebaran Islam di Asia Tenggara. Hal ini diaktensi dalam seminar yang
diselenggarakan di Medan Sumatra Utara, 17-20 Maret 1963. Seminar ini
mengangkat tema tentang masuknya Islam ke Indonesia yang dihadiri oleh
para pakar sejarah, cendekiawan dan budayawan Indonesia. Mereka
memberikan resultasi bahwa Islam masuk ke Indonesia kali pertama dibawa
oleh Bani Alawi dari Hadhramaut yang bermazhab Syafii.
2. Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan berbagai metode. Di antaranya dakwah pada masyarakat secara langsung, lewat politik, dan lain-lain.
3. Bidang politik bertujuan untuk mem-back up dakwah dan melindungi segala aktivitas dakwah dan para dai dari chaos dan ketidakadilan. Hingga dapat meluaskan lapangan dakwahnya. Karena, rakyat biasanya selalu mengikuti agama rajanya.
4. Mereka yang biasanya mendapatkan jabatan politik atau militer menjadi mediator para ulama dan dai yang melakukan dakwah pada elit pemerintahan dengan hikmah dan kebajikan. Mereka punya sifat mulia yang membuat para pembesar pemerintahan menaruh kepercayaan yang besar.
2. Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan berbagai metode. Di antaranya dakwah pada masyarakat secara langsung, lewat politik, dan lain-lain.
3. Bidang politik bertujuan untuk mem-back up dakwah dan melindungi segala aktivitas dakwah dan para dai dari chaos dan ketidakadilan. Hingga dapat meluaskan lapangan dakwahnya. Karena, rakyat biasanya selalu mengikuti agama rajanya.
4. Mereka yang biasanya mendapatkan jabatan politik atau militer menjadi mediator para ulama dan dai yang melakukan dakwah pada elit pemerintahan dengan hikmah dan kebajikan. Mereka punya sifat mulia yang membuat para pembesar pemerintahan menaruh kepercayaan yang besar.
4. Perlawanan Terhadap Kolonial Eropa
Karena perang yang terjadi antara kaum muslimin dan bangsa Eropa terlalu lama, seperti halnya yang terjadi di kepulauan Ibriya dan Eropa Timur, mulailah bangsa Portugis dan Spanyol mengeluarkan daya upayanya untuk segera menaklukan kaum muslimin. Termasuk menguasai sumber-sumber kekayaan dan potensi alam dalam peperangan.
Karena perang yang terjadi antara kaum muslimin dan bangsa Eropa terlalu lama, seperti halnya yang terjadi di kepulauan Ibriya dan Eropa Timur, mulailah bangsa Portugis dan Spanyol mengeluarkan daya upayanya untuk segera menaklukan kaum muslimin. Termasuk menguasai sumber-sumber kekayaan dan potensi alam dalam peperangan.
Perlawanan fisik, ekonomi, atau agama
dimulai dengan merusak jalur dagang kaum muslimin antara barat dan
timur. Juga dengan menguasai jalan-jalan penyambung dunia dan
sumber-sumber kekayaan di bagian timur. Menurut mereka, itulah cara yang
dapat mengalahkan Islam dan penganutnya.
Tetapi ketika Portugis sampai ke daerah
timur, ternyata bangsa Arab telah sampai lebih dulu. Apalagi banyak
bermunculan kerajaan-kerajaan Islam. Hal ini membuat orang Portugis
geram dan mengacaukan proyek mereka yang ingin menguasai kekayaan
daerah-daerah timur.
Mereka lalu berusaha menghilangkan
pengaruh orang Arab dan Islam dari daerah tersebut. Jenderal Portugis De
Elbokareik, dalam pidato di depan tentaranya mengatakan, “hanya dengan
menjauhkan kaum muslimin dari perdagangan rempah-rempah, bangsa Portugal
bisa melemahkan kekuatan Islam. Dan untuk melaksanakan khidmat kepada
Tuhan, kita harus mengusir bangsa Mur (Arab) dan mematikan api agama
Muhammad. Jika berhasil, niscaya api tersebut tidak akan tersebar
selamanya”.
Mulailah Hadharim bahu-membahu dengan
sesama muslim dengan determinasi tinggi berjuang melawan kolonialisme
yang tamak pada kekayaan Indonesia. Hadharim memulai menceburkan diri
dalam peperangan melawan bangsa Portugis dan sekutu-sekutunya, para raja
Hindu. Di antara pahlawan yang sangat bersaja adalah Hidayatullah bin
Abdullah bin Ali (Nuruddin) dari keluarga Abdul Malik al-Alawi yang
sebelumnya berhasil mengusir Portugis dari tanah kelahiranya, Kamboja.
Setelah itu ia menetap di kerajaan Islam Demak. Pada tahun 1526 Sultan
Trenggono bin Sultan Abdul Fattah Demak memilih Hidayatullah sebagai
panglima pasukan tempurnya yang dipersiapkan untuk menyerang kerajaan
Hindu Pajajaran di Jawa Barat. Kerajaan ini telah menyepakati kerjasama
dengan pemerintahan Portugis melawan Islam.
Pasukan yang dipimpin Hidayatullah
berhasil memenangkan pertempuran. Kota Sunda Kelapa dapat dikuasai dan
dirubah namanya menjadi Jaya Karta. Saat ini Jaya Karta menjadi Ibukota
Negara Indonesia dengan nama Jakarta. Kemudian pasukan Portugis yang
dipimpin Jendral Henrik Reem datang, sehingga terjadi pertempuran sengit
antara pasukan Hidayatullah dan Portugis. Secara gemilang, peperangan
itu berhasil dimenangkan pasukan Hidayatullah. Ia lalu dijuluki
Fatahillah. Sedang orang-orang Portugal menyebutnya Faletehan.
Perjuangan Hidayatulah melawan Portugis
dan para penyembah berhala ini berlangsung terus menerus hingga tahun
959 H atau 1525 M. Ia mengundurkan diri dari pemerintahan untuk
berdakwah. Ia lalu memberikan tampuk pemerintahan kerajaan Banten kepada
puteranya untuk meneruskan perjuangan melawan Portugis. Juga Belanda
pada tahun 1833. Sampai akhirnya, kerajaan Banten menyerah pada
pemerintahan Belanda di Surabaya.
Di Philipina, perjuangan melawan penjajah
Spanyol juga dipimpin oleh keluarga besar Syarif Abu Bakar bin Zainal
Abidin. Peperangan ini berlangsung sampai tiga abad lamanya.
Di Palembang, perjuangan melawan penjajah
Belanda dilakukan Sultan Badruddin yang terkenal agamis dan pemberani
dalam membela Islam. Tetapi setelah jatuhnya ibukota Palembang ke tangan
Belanda, penjajah mengasingkan Sultan Badruddin dan perdana menterinya,
Umar bin Abdullah as-Segaf, ke pulau Ternate pada tahun 1821 M.
Termasuk Hadharim yang melakukan
perjuangan ketika awal kedatangan penjajah Belanda adalah Amir al-Wahab
bin Sulaiman bin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar Basyaiban al-Alawi.
Kakeknya, Abdurrahman, datang dari Qasam Hadhramaut menuju Cirebon dan
kawin dengan puteri Raja Cirebon. Dari perkawinannya itu, ia mempunyai
dua putera, Abdurrahim dan Sulaiman. Salah satu putera Sulaiman adalah
Hasan yang terkenal dengan sebutan Pangeran Agung bin Sulaiman yang
terkenal sebagai pejuang melawan pendudukan Belanda.
Abdurrahman bin Husain al-Qadri al-Alawi
adalah nama lain yang turut terjun berperang melawan Angkatan Laut
Belanda dan Inggris. Ia berhasil mendirikan kerajaan Pontianak. Berkat
kegigihannya, perserikatan Hindia Timur Belanda mengakuinya sebagai Raja
Pontianak.
Di India, perjuangan melawan penjajah
Eropa ini juga dilakukan oleh kelompok Mabela dengan keberanian tinggi.
Sulthan Ghalib bin Awadh al-Quaiti mengatakan, “ingatkah kalian dengan
celaan Portugis, Belanda, Perancis, dan Inggris. Pemerintahan mereka
sangat tertekan dengan perlawanan sengit kelompok ini.”
Gerakan kelompok militan ini mendapat
dukungan dari beberapa Ulama yang dikenal dengan gelar Tanggul yang
berarti sayyid. Yang dimaksud adalah para sayyid keturunan Bani Alawi
dari Hadhramaut. Mengenai keberanian kelompok Mabela, seperti disebutkan
sumber dari Belanda dan Perancis pada masa itu, “mereka kelompok yang
berani sekali dalam membela Islam. Mereka tidak pernah menyerah sama
sekali dan lebih berani mati dalam perjuangan membela negerinya.”
Apalagi siasat mereka dalam berperang dan keorganisasiannya mirip dengan
Suku Moro Philipina.
Etnis Arab Hadhramaut terus bertambah
perkembangannya di India pada masa-masa setelah itu sebagai tentara di
berbagai negara kecil di al-Marotsa yang telah memeluk Islam selama
kurang lebih 40 tahun. Tentara inilah yang berjuang melawan pendudukan
Inggris di India yang berjumlah sampai 6000 tentara.
Hadharim di sana tidak hanya menjadi
tentara ekstra bagi India, namun memegang kendali dan sebagiannya
menjadi panglima perang. Hal ini bisa diketahui dari cerita kolonel
Inggris dalam memorinya ketika berperang melawan Hadharim di peperangan
yang terjadi antara tentara al-Marotsa dan tentara Inggris, bahwa
kalangan elit tentara Inggris menaruh segan terhadap tentara Basyafa’
dan raja-raja. Hal itu karena banyaknya tentara Hadharim di sana.
Lebih-lebih orang Arab ini terkenal dengan kemampuanya bertahan dan
memukul mundur musuh. Suatu hal yang diakui oleh tentara-tentara
Inggris.
Reinald Borton mengatakan, “tidak ada
tentara di dunia ini yang seberani dan sesolid tentara Arab. Walaupun
mereka tidak mempunyai kemampuan banyak dalam taktik peperangan, tetapi
pada setiap jiwa mereka ada keyakinan tinggi yang tidak akan hilang
selagi mereka masih hidup.”
Tentara Inggris berperang melawan tentara
al-Marotsa selama tiga kali. Dan semuanya memaksa mereka menuai
kerugian besar. Pertama pada tahun 1775-1782. Kedua pada tahun
1802-1805. Di tahun ini tentara Inggris dapat mengalahkan tentara
al-Marotsa di bawah komando Sandiya dan Baransala.
Namun Basyayfa’ Raji Rawa kedua yang
menyatukan seluruh tentara al-Marotsa mencoba melakukan perlawanan
kembali dan ingin mengembalikan kemerdekaan negerinya. Ia mulai
menyalakan api peperangan ketiga. Namun tentara Inggris lambat laun bisa
mengalahkan mereka dan mampu menguasai tentara Basyayfa pada tahun
1818. Ini ditandai dengan penyerahan diri panglima Basyaifa.
Pada tahun-tahun berikutnya terjadi
kekosongan kepemimpinan (vacum of power) di pusat komando pasukan
al-Marotsa yang berakibat terkotak-kotaknya pasukan tersebut. Hadharim
banyak yang mengungsi ke Haidar Abad. Sebagian ada yang dipaksa pulang
oleh pemerintahan Ingggris ke Hadhramaut. Salah satu pemuka masyarakat
yang ikut bergabung di Haidar Abad adalah Umar bin Awadh al-Quaiti.
Ikhtishar
1. Hadharim mampu mencapai kedudukan
tinggi, baik di dalam militer ataupun pemerintahan. Terbukti, salah satu
dari mereka ada yang menjadi panglima perang atau raja yang nota bene
mampu melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Eropa.
2. Keberadaan hadharim di perpolitikan,
tentara, atau sosial mampu mempersulit kolonialisme dalam menguasai
Islam dan pengikutnya. Terlebih kaum kolonialis itu berhasil menggandeng
kerajaan Hindu dan Budha untuk bekerjasama. Mayoritas orang Arab,
sebagai pemuka masyarakat, mengobarkan sifat perjuangan itu pada kaum
pribumi.
3. Perjuangan Hadharim melawan
kolonialisme Belanda atau Inggris menjadikan suatu ketakutan tersendiri
bagi mereka pada Arab dan Hadharim. Hal itu membuahkan hasil perubahan
politik kolonialisme dalam berhubungan dengan Arab atau hadharim di
India dan Asia Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar