Sekilas mengenal profil Ulama terkemuka yang popular dengan Al Faqih Al Muqaddam Ats Tsani yang di juluki Al Seggaf .
Segala puji bagi Allah Dzat Yang Maha
Bisa, sehingga tampak dialam semesta ini berbagai buah kekuasaannya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kehadirat Imam para Rasul,
Imam orang-orang yang bertaqwa, Sayyidina Muhammad SAW berikut para
sahabat dan pengikutnya.
Berikut ini, kami persembahkan profil
lain dari profil tokoh-tokoh terkemuka yang hidup di bagian negeri
Yaman. Tokoh yang satu ini terkenal dikalangan Bani Alawi dengan julukan
Al Muqaddam kedua, oleh karena beberapa karunia dan anugerah ilahi yang
dimilikinya, beliaulah orang yang telah mensejahterkan hati dan
rumah-rumah, dan memperkokoh rel agama dengan landasan ilmu dan amal
shaleh, mewariskan kepada kita rambu-rambu untuk melawan syetan dan
sekutunya. Barang siapa mengikuti jalannya maka dia akan mendapat target
dan tujuannya, berkat karunia Allah.
Silsilah nasab Al-Imam Abdul Rahman Al Seggaf
Nabi Muhammad SAW
Ali bin Abi Tholib dan Fatimah Al Zahra’
Al Husain
Ali Zainal Abidin
Muhammad Al Baqir
Jakfar Al Shadiq
Ali Al Uraidli
Muhammad
Isa Al Naqib
Ahmad Al Muhajir
Ubaidillah
Alawi
Muhammad
Alawi
Ali Khali’ Qasam
Muahammad Shahib Mirbath
Ali
Muahmmad Faqih Al Muqaddam
Alawi Al Ghayur
Muhammad Maula Al Dawilah
Syekh Abdul Rahman Al Seggaf
Ahmad Muhammad, Abu Bakar Al Sakran, Umar Al Muhdhar, Ali, Hasan, ‘Aqil, Jakfar, Syekh, Alawi, Abdullah, Ibrahim.
Ali bin Abi Tholib dan Fatimah Al Zahra’
Al Husain
Ali Zainal Abidin
Muhammad Al Baqir
Jakfar Al Shadiq
Ali Al Uraidli
Muhammad
Isa Al Naqib
Ahmad Al Muhajir
Ubaidillah
Alawi
Muhammad
Alawi
Ali Khali’ Qasam
Muahammad Shahib Mirbath
Ali
Muahmmad Faqih Al Muqaddam
Alawi Al Ghayur
Muhammad Maula Al Dawilah
Syekh Abdul Rahman Al Seggaf
Ahmad Muhammad, Abu Bakar Al Sakran, Umar Al Muhdhar, Ali, Hasan, ‘Aqil, Jakfar, Syekh, Alawi, Abdullah, Ibrahim.
Biografi Abdul Rahman Al Seggaf
Beliau adalah Syekh dari orang-orang yang
telah mencapai martabat kearifan, yang mampu mengkomplikasikan antara
ilmu, islam, iman, dan ihsan, yang meneladani ucapan, kelakuan, tekad,
dan kemauan kakeknya, Nabi Muhammad SAW. Sudah merupakan kesepakatan
kalau beliau telah mencapai derajat kewalian. Beliau dilahirkan di Kota
Tarim pada tahun 739 H, menghafal Al Quran dibawah bimbingan Syekh Ahmad
bin Muhammad Al Khatib, sangat menguasai ilmu Al Quran dan tajwid, dan
hafal semua matan ilmu fiqih dan bahasa. Sejak dini beliau terdidik
dalam lingkungan yang penuh dengan senandung Al Quran dan ilmu-ilmu
syariah dari majelis-majelis ilmu dan zikir, tak pernah lepas dari
muthala’ah (membaca buku-buku referensi) dan murajaah di majelis ayahnya
dan perpustakaan gurunya. Diceritakan bahwa hampir semua referensi
keagamaan telah terbendaharakan dalam perpustakaan ayah dan sejumlah
guru beliau. Beliau hampir hafal Al Wajiz dan Al Muhadzdzab sebab
seringnya muthalaah dan hadir di majelis pembahasannya. Beliau gigih
berjuang dalam menekuni latihan-latihan pengendalian nafsu yang
dilakukan oleh para pendahulunya, dari dzikir, wirid, pola pikir, cara
bersyukur, melunakkan hati, dan lain-lain. Sayyid Muhammad bin Ali Khird
mensifati beliau dengan:
جنيد التقى و الزهد و الجود و السخا و بحر الصفا حبر الشيوخ الأمائل
Beliau ibarat prajurit ketakwaan, zuhud, dan dermawan, lautan suci, dan maha guru.
و أستاذ أرباب العلوم أجلهم و غيث اليتامى و الأيامى الأرامل
Guru bagi para pemilik ilmu, pelindung anak yatim dan janda.
Seseorang tidak akan disifati sebagaimana
diatas kecuali bila orang tersebut telah mencapai martabat khilafah
dari orang-orang dizamannya. Demikianlah karakter Al Imam Abdul
Rahman Al Seggaf.
Guru Abdul Rahman Al Seggaf
Perhatian para guru berpengaruh besar
terhadap kehidupan Syekh Abdul Rahman Al Saqqaf. Diriwayatkan bahwa
orang yang paling banyak memberi manfaat kepada beliau adalah
ayahandanya sendiri, Al Imam Muhammad bin Ali Maula Al Dawilah,
disamping itu beliau juga belajar dari Syekh Al Allamah Muhammad bin
Alawi bin Ahmad bin Al Faqih Al Muqaddam yang terkenal dengan julukan
Shahibul Al Ama’im, dan syekh-syekh yang lainnya.
Untuk menambah bobot keilmuannya, beliau
hijrah ke Ghail Ba Wazir (sekitar 50 kilo meter dari Kota Mukalla) untuk
menimba ilmu dari Al Allamah Muhammad bin Sa’ad Ba Syukail, disitu
beliau mentahqiq kitab Al Ihya, Al Risalah Al Qusyairiyah, dan Al
Awarif.
Beliau juga belajar dari Syekh Muhammad
bin Abi Bakar Ba Abbad dan menemaninya selama bertahun-tahun. Syekh Ba
Abbad saat itu sangat menghormati beliau , lalu hijrah ke Aden untuk
belajar ilmu bahasa arab dari Syekh Muhammad bin Said Kabin, di sana
beliau mendalami ilmu usul, balaghah, tafsir, hadist. tidak ada satu
ilmu pun yang terlewatkan saat itu, meski begitu beliau tetap tawadhu’
(baca: merendahkan diri) dihadapan guru-gurunya, beliau sangat mencintai
dan memberikan hak-hak mereka sebagai gurunya.
Perjuangan Abdul Rahman al Seggaf dalam Menjaga Rutinitas Ritual
Hal yang sangat istimewa dari beliau
adalah kejeliannya dalam mengatur waktu, memperkecil volume terhadap
hal-hal yang mubah, memperbanyak puasa dan ibadah lainnya, sampai
dikatakan beliau setiap malam dua kali menghatamkan bacaan Al Quran pada
shalat-shalat beliau, dan pergi ke Syi’b Al Nua’ir untuk melakukan
shalat tahajjud, hal ini dilakukan terus hingga beliau bisa menghatamkan
Al Qur’an empat kali di siang hari dan empat kali pada malam hari.
Hal semacam ini sulit untuk diterima di
masa kini, karena kondisi di zaman seperti sekarang ini untuk
menghatamkan Al Quran dalam satu hari saja susahnya bukan main, namun
kondisi yang ada saat itu juga usaha dan perjuangan orang-orang shaleh
untuk bisa kontinyu dan konsisten dalam membaca dan mengingat ayat-ayat
Al Qur’an sangatlah berbeda dengan kondisi kita sekarang, usaha dan
perjuangan mereka itu menjadikan ayat-ayat Al Quran seakan
sambung-menyambung di lidah mereka, hal ini dinamakan dengan istilah
thoy dikalangan ulama, yakni Allah SWT menjadikan Al Quran sangat mudah
di lidah sehingga dapat diselesaikan dalam waktu yang relative singkat,
hal ini pun diriwayatkan dari orang-orang terdahulu seperti Shahabat
Usman bin Affan yang menghatamkan Al Quran dalam Thawaf, begitu juga Al
Imam Al Syafi’I dan lain-lain.
Keistimewaan lain yang dimiliki oleh Al
Imam Syekh Abdul Rahman Al Seggaf adalah kebiasaan beliau untuk ‘uzlah
atau menyendiri dan mengisolir diri dari manusia, beliau memilih Syi’b
Nabiyullah Hud sebagai temapt ‘uzlah. Beliau senantiasa berangkat kesana
dengan membawa kitab-kitab dan wirid-wiridnya serta sedikit bekal untuk
bisa bertahan selama sebulan atau lebih, cara berfikir semacam ini
adalah salah satu unsur yang tidak terpisahkan dari metode ilmiyah dan
amaliyah madrasah Hadhramaut. Bagi orang-orang yang ingin meneladaninya,
Allah SWT berfirman
الذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Kami akan menunjukkan jalan kami bagi orang-orang yang berjuang di jalan Kami.
Perjuangan dan usaha Abdul Rahman Al
Seggaf untuk mempertebal iman ini banyak berpengaruh pada sikap dan diri
beliau dalam hal melaksanakan kewajiban-kewajiban dan
kesunnahan-kesunnahan. Diriwayatkan, pada malam pengantin, beliau tidak
meninggalkan tahajjud, melepaskan dunia demi Allah, serta mensyukuri
nikmat-nikmat-Nya.
Syekh Abdul Rahman Al Seggaf sering
mengadakan perjalanan ke Al Mukalla, Syihr, Al Ghail, dan Aden untuk
menimba ilmu dari sejumlah ulama, dari sini tampaklah
keistimewaan-keistimewaan beliau di mata para ulama.
Kemudian kembali lagi ke daerahnya dengan
menyuguhkan pelajaran-pelajaran ilmiah dan majelis-majelis Thariqat,
semua kalangan sangat mempercayai beliau, sehingga kehormatan dan
kapasitas keilmuannya meningkat di mata masyarakat, perjalanan beliau ke
pelbagai negeri memberikan corak warna tersendiri bagi madrasah
Hadhrmaut dalam pondasi Thariqat dan kaidah-kaidah Tahqiq, hal ini
menggiring para murid untuk siap, disamping memperkuat hubungan mereka
dengan ilmu dan amal, dan mengarahkan pola pikir mereka untuk
mendapatkan ilmu baik itu fiqh, hadist, tafsir, dan bahasa sebagaimana
mestinya, Syekh Abdulrahman Al Saqqaf mengkompilasi antara ilmu dzahir
dan bathin dengan takaran yang sangat seimbang dan sempurna.
Popularitas Abdurrahman Al Seggaf
Syekh Abdurrahman Al Seggaf terkenal
dengan ilmu dan amalnya semenjak usia dini. Beliau menjadi tujuan para
murid dari seluruh penjuru untuk menimba ilmu pengetahuan, menjadi
tujuan surat-surat dari seantero dunia untuk meminta fatwa. Dalam
menjawab segala macam permasalahan, beliau menguraikan dan menjawab poin
demi poin secara rinci dan teliti, karena beliau memang dikarunia oleh
Allah kecerdasan dan kemampuan untuk menguraikan masalah berikut
dalil-dalilnya secara mendetail. Semua murid sangat antusias dalam
merekam keterangan-keterangan beliau mengenai kitab Al Wasith dan Basith
karangan Al Imam Al Ghazali, juga kitab Al Muhadzab karangan Abu Ishaq,
dan Al Muharrar.
Diantara hal-hal yang disampaikan beliau kepada para muridnya adalah sebagai berikut :
Diantara hal-hal yang disampaikan beliau kepada para muridnya adalah sebagai berikut :
إن الأوقية من أعمال الباطن تعدل بهارا من أعمال الظاهر
Beberapa uqiah (satuan ukur berat yang paling ringan) dari amalan batin sama beratnya dengan satu bahar (satuan ukur berat yang paling berat) dari amalan dhahir.
Beberapa uqiah (satuan ukur berat yang paling ringan) dari amalan batin sama beratnya dengan satu bahar (satuan ukur berat yang paling berat) dari amalan dhahir.
من ليس له ورد فهو قرد
Barang siapa tidak memiliki wirid maka dia ibarat kera.
من ليس له أذكار فليس بذكر
Barang siapa tidak memiliki dzikir maka dia bukan orang laki-laki.
من لم يطالع الإحياء ما فيه حياء
Barang siapa tidak pernah belajar ihya’ ulumuddin maka dia tidak punya rasa malu.
من لم يقراء المهذب ما عرف قواعد المذهب
Barang siapa tidak pernah belajar kitab muhadzab maka dia tidak tahu kaidah-kaidah dalam madzhab.
من ليس له أدب فهو دب
Barang siapa tak beradab maka dia ibarat beruang
الناس كلهم فقراء إلى العلم
و العلم فقير إلى العمل
و العمل محتاج إلى العقل
و العقل فقير إلى التوفيق
و كل علم بلا عمل باطل
و كل علم و عمل بلا نية هباء
و كل علم و عمل و نية بلا سنة مردود
و كل علم و عمل و نية و سنة بلا ورع خسران
و العلم فقير إلى العمل
و العمل محتاج إلى العقل
و العقل فقير إلى التوفيق
و كل علم بلا عمل باطل
و كل علم و عمل بلا نية هباء
و كل علم و عمل و نية بلا سنة مردود
و كل علم و عمل و نية و سنة بلا ورع خسران
Semua manusia butuh ilmu.
Ilmu butuh diamalkan
Amal butuh akal.
Akal butuh petunjuk
Setiap ilmu tanpa diamalkan batil.
Setiap perbuatan tanpa niat tak berguna.
Setiap ilmu, amal, dan niat tanpa sunnah (teladan) tidak diterima.
Setiap ilmu, amal, niat, dan sunnah tanpa wara’ tiada hasil.
Ilmu butuh diamalkan
Amal butuh akal.
Akal butuh petunjuk
Setiap ilmu tanpa diamalkan batil.
Setiap perbuatan tanpa niat tak berguna.
Setiap ilmu, amal, dan niat tanpa sunnah (teladan) tidak diterima.
Setiap ilmu, amal, niat, dan sunnah tanpa wara’ tiada hasil.
Dalam kitab Al Musyarri’ dikatakan, Syekh
Abdurrahman Assegaf semasa belajar sangat berprestasi dalam ilmu fiqh,
lantas putranya Syekh Umar Al Muhdhar ingin menghabiskan umurnya untuk
mendalami ilmu fiqih saja, selesai belajar beliau dipanggil oleh ayahnya
seraya berkata wahai umar perbanyaklah amalan hati, sebab para ahli
fiqih hanya memiliki cabangnya (tangkai) dengan mengambil dalil dari Al
Qur’an dan Al Hadits sedangkan Orang Shufi itu memiliki pokoknya
(pohon). Satu Uqiyah (ukuran timbangan berat) yang sedikit itu menyamai
amalan dzohir satu bahar (ukuran berat) yang banyak.
Dalam kitab Al Gharar disebutkan Syekh
Abdurrahman Assegaf mempelajari lima puluh kitab syariah selain
kitab-kitab lainnya. Syekh Abdurrahman Assegaf uzlah (menyendiri untuk
beribadah) di makamnya Nabi Hud as sekitar enam bulan, dan pada akhir
hayatnya dibacakan Al Qur’an dengan suara keras beliau mendengarkan dan
membaca awalan surat-surat dari Al Qur’an secara bersama-sama. Dan
ketika Syekh Abdurrahman berdiri untuk Sholat maka beliau dapat
dilihatnya seperti seorang pemuda. Sebelum waktu sholat fardhu, beliau
sudah berada di dalam masjid dan sholat tahajjud di dalam masjid setiap
malam.
Syekh Muhammad Ali Al Khatib mengatakan,
Syekh Abdurrahman Al Seggaf mengatakan, dalam satu hari aku menghatamkan
Al Quran 7 sampai 8 kali, Syekh Abdurrahman menghatamkan jumlah
tersebut diwaktu-waktu sebagai berikut, 2 kali hatam setelah shalat
shubuh sampai dhuhur, satukali khatam antara dhuhur dan asar, dan satu
khataman setelah shalat asar, ini yang siang hari selebihnya pada malam
hari, konon beliau seperti tabung tegak pada malam hari karena banyaknya
berdiri untuk shalat.
Kezuhudan, kewara’an dan perhatiannya terhadap pertanian dan kerajianan tangan
Syekh Abdurrahman Assegaf terkenal Zuhud
dan wara’ menjauhkan dari hatinya bersit-bersit dunia. Diriwayatkan
beliau membedakan antara zakat untuk orang fakir dan zakat untuk orang
miskin sehingga tak sebiji kurma pun dari hak mereka yang tersisa di
tangan beliau, bahkan senanatiasa mencuci kurma-kurma tersebut dengan
air.
Beliau condong untuk menekuni profesi
kerajinan tangan dan bertani, beliau memiliki kebun kurma banyak di
Tarim, Masilah, dan lain-lain, jika menanam sebiji korma beliau iringi
dengan bacaan surat yasin, namun bila di kebun beliau yang dinamai
dengan Bahubaisyi setiap selesai tanam beliau mesti mengakhirinya dengan
satu hataman Al Quran, lalu kebun itu disedekahkan kepada anak-anaknya
yang ada pada saat itu dengan syarat mereka mau untuk membaca Al Quran,
tahlil, dan tasbih setiap malam dengan jumlah tertentu yang mana
pahalanya dihadiahkan untuk beliau setelah meninggal nanti. Anak-anak
beliau pada saat itu adalah delapan laki-laki dan enam perempuan.
Diantara kebajikan beliau lagi adalah
membangun sepuluh masjid di Hadhramaut, dan membekali setiap masjidnya
dengan wakaf bangunan dan tanah, sampai sekarang masjid-masjid itu
termasuk masjid beliau yang ada di Tarim tetap makmur, di masjid itu
setiap minggu diadakan Hadhrah, dan madrasah tahfidz Al Qur’an di bawah
asuhan Sayyid Muhammad bin Alawi Al Idrus yang terkenal dengan nama
Syekh Sa’ad .
Derajat, keutamaan dan ihwal
Komunitas masyarakat pada zamannya
sepakat memberikan gelar kepada beliau dengan Assegaf (baca: atap)
disebabkan oleh ketinggian tekad dan martabat beliau, sampai-sampai
beliau ibarat atap bagi mereka, namun para ahli sejarah berselisih
tentang asal penamaan beliau dengan hal itu, sebagian riwayat
mengatakan panamaan itu karena beliau menyembunyikan hakikat dirinya,
maka beliau ibarat tertuup di bawah atap kerendahan diri dan jauh dari
ketenaran, diriwayatkan pula beliau tidak pernah mengaku terjadinya haal
(perubahan kepribadian buah keteguhan dalam mendekatkan diri kepada
Allah) pada dirinya ataupun meminta dianggap pada derajat tertentu,
bahkan beliau membenci hal tersebut, riwayat lain mengatakan dinamakan
demikian sebab beliau mengayomi para wali di zamannya dengan haal yang
terjadi pada diri beliau maka beliau ibarat atap pelindung bagi mereka.
Tampaknya peningkatan derajat dan maqam
(derajat kedudukan) beliau merupakan motivator terjadinya penamaan
tersebut, sebab dari awal karakter yang tidak mau dikenal dan
keistimewaannya kemudian ketika derajatnya diangkat oleh Allah SWT
beliau menjadi atap bagi para wali.
Dalam beberapa nasihat beliau mengatakan,
saya sudah berusaha namun Allah belum menganugerahkan Fath (pembuka
hati) buat saya dengan fath yang besar sampai saya kembali mengkoreksi
diri sendiri, lantas berkata Demi Allah hati ku tidak pernah menoleh
kepada selain-Nya tidak kepada keluarga, anak, ataupun harta, aku tidak
membangun rumah ataupun masjid kecuali aku telah diperintah sebelumnya.
Diantara kata mutiaranya adalah, obat
hati adalah meninggalkan segala halangan dan petunjuk untuk mencapai
segala kebaikan. Beliau berkomentar seputar popularitas seseorang dalam
kewalian, saya mempelajari ihwal Hallaj, saya pikir dalam kacanya
terdapat keretakan, namun setelah dipahami betul ternyata mengkilap dan
tiada retaknya, saya pelajari ihwal Al Ghith bin Jamil saya dapati
haalnya di atas ucapannya, saya pelajari ihwal Said bin Umar Balhaf saya
dapati maqamnya sesuai dengan haalnya, saya pelajari ihwal Ahmad bin
Abi Al Ja’ad kami dapati ucapannya melebihi haalnya.
Beliau juga mengatakan, jadilah orang
zamanmu, jika kamu mendapati komunitas zamanmu itu srigala maka jangan
kamu jadi domba sehingga mereka memangsamu, jika kamu dapati mereka itu
domba maka janganlah kamu menjadi srigala lalu memangsa mereka.
Ahli fiqih suatu zaman dan ahli tasawwufnya saling menjatuhkan dalam pelanggaran.
Dalam Al Jauhar Al Syaffaf di sebutkan,
Syekh Abdurrahman Assegaf banyak beristighfar siang dan malam, sehingga
meningkat dari satu derajat ke derajat yang lain, setiap kali beliau
meningkat ke derajat yang lebih tinggi beliau beristighfar, sebab merasa
pada derajat sebelumnya beliau kurang dekat kepada Allah SWT sebab
kurangnya usaha beliau, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya saya
beristighfar dalam satu hari tujuh puluh kali, para ulama menafsiri
hadist ini bahwa Nabi Muhammad setiap hari meningkat kedudukannya di
sisi Allah setiap hari sekian derajat sehingga setiap kali meningkat
beliau SAW merasa kurang dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT pada
level sebelumnya.
Dikatakan juga tentang beberapa kebiasan
sang tokoh yang lainnya yaitu kebiasaan memberikan pakaian kepada
orang-orang fakir miskin dan para murid, diakhir usianya bila salah satu
diantara kami membeli peci maka peci itu kami berikan kepadanya, lantas
beliau memberikan peci yang beliau pakai, hal ini kami lakukan karena
mengharapkan barakah darinya.
Diulas juga tentang pengaruh Syekh
Abdurrahman Assegaf terhadap murid-muridnya. Sayyid Muhammad bin Abu
Bakar bin Ahmad bin Abu Alawi mengatakan ketika saya dididik oleh Syekh
Abdurrahman semua syahwat kepada hal-hal duniawi sirna dan sifat-sifat
tercela luntur dari kepribadianku berganti sifat-sifat terpuji, sejak
saat itu sampai saat ini selalu bertambah dan bertambah.
Penulis kitab Al Jauhar mengatakan di
antara para sholihin ada yang menjuluki Syekh Abdurrahman dengan tukang
wenter karena beliau memoles hati dengan sifat-sifat yang mulia, juga
dengan berbincang dan duduk dengan beliau akan mendapatkan keberkahan,
ilmu robbani dan sifat-sifat yang sesuai dengan sunnah Nabi SAW.
Syekh Abdurrahman suatu hari dengan
nikmat, berbincang tentang hawa nafsu berapa panjang dan lebarnya,
lantas kami masuk ke dalam perbicangan itu dan kami dapati dia tak
berujung, para sholihin menyelaminya dan tampak dari mereka tanda
kepenatan, sebagaimana perenang ketika sampai ditepian tampak dari
mereka tanda kepenatan, tapi aku tidak pernah menyelaminya dan tak
pernah merasakan capek dan beratnya.(Al Jauhar Al Syaffaf).
Beliau mengatakan, jika aku tahu hatiku
mencintai selain Allah aku akan ambil batu dan akan ku hukum, dalam Al
Jauhar juga disebutkan beliau mengatakan saya adalah guru orang yang tak
berguru sampai hari kiamat:
قوم همومهم بالله قد علقت فما لهم همة تسمو إلى أحد
Suatu komunitas yang himmah (cita-cita) mereka hanya kepada Allah semata, mereka tidak memiliki himmah selain kepada-NYa
فمطلب القوم مولاهم و سيدهم يا حسن مطلبهم للواحد الصمد
ما إن ينازلهم دنيا و لا شرف من المطاعم و اللذات و الولد
و لا لباس لثوب فائق أنيق و لا التزين في الأحوال و العدد
ما إن ينازلهم دنيا و لا شرف من المطاعم و اللذات و الولد
و لا لباس لثوب فائق أنيق و لا التزين في الأحوال و العدد
Tujuan komunitas itu adalah tuan mereka, alangkah
baiknya tujuan mereka kepada Dzat Tempat Bertumpu
dari segala macam makanan, kenikmatan, anak, dunia, kemuliaan, perhiasan, dan pakaian yang mewah nan indah
baiknya tujuan mereka kepada Dzat Tempat Bertumpu
dari segala macam makanan, kenikmatan, anak, dunia, kemuliaan, perhiasan, dan pakaian yang mewah nan indah
Sekelumit tentang Hadhrah Asseqqaf
Syekh Abdurrahman Assegaf membangun
banyak masjid di Tarim dan sekitarnya, diantara masjid yang selalu
dibina secara dzahir dan bathin oleh beliau selama hidup, dan masjid itu
termasuk masjid pertama yang dibangun pada 768, beliau mengatakan
pembinaan masjid ini diawali oleh empat orang imam mujtahid (imam empat
madzhab) tiap-tiap mereka berdiri dipilar-pilarnya dan Nabi SAW berdiri
di kiblatnya.
Syekh Abdurrahman beri’tikaf di masjid
itu setelah isya’ tiap malam kamis dan senin untuk melaksanakan hadhrah
tersebut, dan malam itu dinamakan lailatu alratib (baca : malam rutin),
jika salah satu keluarga Abi Alawi meninggal pernah beliau meninggalkan
dua atau tiga kali, lalu beliau diisyarati agar tidak perenah
meninggalkan lailatu Al Ratib tersebut.
Syekh Said bin Salim Al Syawwaf, menyitir dalam bait syairnya,
و النور ذي فيها كان في مسجد الراتب و املا منار الأكوان
أنوار جلاها الله
من نور ذيك الخصره يخصر بها اهل الشهرة فيها من الله نظرة
للأوليا شي لله
يا من حضر فيها شاف نور المشايخ الأشراف و الشيخ ذاك السقاف
يحضر مع أهل الله
حضرة تقع ما أكبرها يا ليت من يحضرها أو ليت من ينظرها
فيها جلالات لله
دائم و هم في الحضرة عند العشي و البكرة عسى تقع لي نظرة
منهم و من جود الله
أنوار جلاها الله
من نور ذيك الخصره يخصر بها اهل الشهرة فيها من الله نظرة
للأوليا شي لله
يا من حضر فيها شاف نور المشايخ الأشراف و الشيخ ذاك السقاف
يحضر مع أهل الله
حضرة تقع ما أكبرها يا ليت من يحضرها أو ليت من ينظرها
فيها جلالات لله
دائم و هم في الحضرة عند العشي و البكرة عسى تقع لي نظرة
منهم و من جود الله
Hadhrah ini dibuka dengan fatihah,
kemudian dengan tahlil lalu tasbih dengan membaca Subhana Rabika Rabbi
Al ‘Izzati ‘amma yasifuun…lalu Inna Allaha wa malaikatahu …kemudia
fatihah lagi.
Lalu dibuka dengan qasidah para salafu
salih menurut susunan qasidah yang biasa dibacakan, dan disebutkan
didalamnya kisa-salafu salih, tarim dengan pesantern-pesantren dan
asas-asas ruhiahnya, sepeninggal Syekh Abdurrahman Assegaf ditambahkan
qasidah-qasidah lain karangan putra-putra beliau dan beberapa pujangga
dari salafu salih, Al Allamah Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al Masyhur
mengumpulkan susunan qasidah-qasidah ini dalam satu buku dan dinamakan,
Al Manhal Al ‘Ajib Al Shaf Fi Fadl Wa Kaifiyat Hadhrah Syekh
Abdurrahman Assegaf (Sumber yang jernih tentang keutamaan dan tata cara
Hadhrah Syekh Abdurrahman Assegaf).
Hadhrah dalam istilah Tasawwuf adalah
ungkapan untuk suatu even dimana para murid dibawa untuk tenggelam dalam
dzikir dan ingat kepada Allah SWT sebagai cara untuk merilekskan jiwa.
Diantara syarat yang paling penting:
1. Husnu dzan kepada Allah SWT dan wali-wali Allah.
2. Menepis segala keraguan dalam jiwa.
3. Husnu dzan diantara para murid.
4. Cinta mereka kepada Dzat Allah.
5. Memenuhi diri dengan zikir dan syair-syair
6. Menata niat bahwa Hadhrah ini demi bisa merasa dekat kepada Allah dengan jalan mengingat dan menyebut nama-Nya dan rasul-Nya serta mndengar kisah para solihin untuk bisa mengikut dan memperoleh barakah mereka.
1. Husnu dzan kepada Allah SWT dan wali-wali Allah.
2. Menepis segala keraguan dalam jiwa.
3. Husnu dzan diantara para murid.
4. Cinta mereka kepada Dzat Allah.
5. Memenuhi diri dengan zikir dan syair-syair
6. Menata niat bahwa Hadhrah ini demi bisa merasa dekat kepada Allah dengan jalan mengingat dan menyebut nama-Nya dan rasul-Nya serta mndengar kisah para solihin untuk bisa mengikut dan memperoleh barakah mereka.
Jika salah satu syarat ini tak terpenuhi
maka murid tersebut tidak akan mengambil manfaat dari Hadhrah ini, dalam
hadhrah ini pembawaan orang berbeda-beda menurut ahli tasawwuf,
diantara mereka ada yang sampai teriak dan pingsan, pada sebagian
tharikat pembawaan ini kadang sampai bisa menjadikan murid makan kaca,
membakar diri, dan menusuk-nusuk badannya, hal-hal yang berlebihan ini
semua muncul sebab keyakinan yang kuat terhadap karamah wali tertentu
dan ketulusan mereka kepada Allah juga sebab langkah bungkam telinga
mereka dari orang yang mnolak mereka.
Adapun di hadhrah saqqaf hal-hal ini
tidak terjadi, mungkin beberapa orang yang tulus terlihat menangis, yang
diingkari sbagian orang sekarang dari Hadhrah ini penggunaan sebagian
alat musik seperti seruling rebana dan semisalnya juga beberapa ungkapan
yang berbau istighathah, tawassul dan meminta Syafaat.
Pengingkaran ini merupakan salah satu
gaya pandang kelompok yang kontra dengan kegiatan ini, adapun ulama
tasawwuf mereka memiliki dasar mengapa mereka ambil cara ini. Sebab para
ulama terdahulu tidak pernah memungkiri hal tawassul dan semisalnya,
pengingkaran dengan cara konfrotasi itu terjadi akhir-akhir ini
berbarengan dengan terjadinya perubahan global pada umat islam bukan
hanya mengenai tasawwuf saja namun lebih umum dari itu mencakup sendi
kehidupan seorang muslim secara umum dan telah keluar dari jangkauan
pola piker moderat menuju tikaman-tikaman dengan hokum-hukum bid’ah dqan
pemutar balikan fakta agama.
Terjadinya perang dunia pertama dan kedua
berpengaruh kepada hilangnya pemerintahan, budaya, peradaban, dan
ekonomi islam dalam kancah perpolitikan, maka jika ada ungkapan “perangi
tasawwuf yang berlebih-lebihan” atau “mari kita ikuti jalan salafi yang
banyak mengurangi” keduanya sebenarnya telah kehilangan pedoman islam
yang moderat dalam menghukumi ataupun konsekwen, perang dingin diantara
mereka terus berlangsung sebab perkara yang sangat tidak prinsip bagi
umat islam tapi hanya perbedaan media belaka.
Anak-anak dan Istri-istrinya
Syekh Abdurrahman Assegaf memiliki empat
orang istri, motivasi beliau untuk banyak menikah karena hal itu
menjadikan pikiran terbebas dari kebutuhan jasad, sehingga bisa total
mencapai tujuan-tujuan rohaniah, istri-istri beliau sebagian dari dalam
dan luar tarim. Beliau memiliki tiga belas putra dan tujuh orang putri
sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab biografi.
Pendapat tentang kedudukan beliau
Dalam kitab Al Jauhar Al Syaffaf disebutkan,
أيا مسبلي أستار جهل و غفلة
على مقل عن رؤية الخير صدت
لزاما على الأبصار غضا لمنظر
لما في عروس الأوليا الكل ضمت
من الحسن و الفضل و البها
و من مكرمات فاخرات عزيزة
إمام العلى شمس الهدى معدن الندى
مفاتيحه تغني لكل لبوسة
و قطب جميع الأولياء تحت حكمه
و تحت يديه ما أنيلت و زيدت
فكم صادر منهم يعود برفده
و كم وارد يحظى بجرل العطية
و خوف القلا و العزل فالكل منهم
لسطوته هم خاضعون لهيبة
عنيت بذا شيخا شريفا مهذبا
مرادا سخيا وصف واحد أمة
له في المعالى و العوالى علائم
نواهي سناها في عوالي همة
كريم السجايا طيب الجأش فاضل
إلى رفده الركبان من كل بلدة
ألا يا مرحبا بالمقبلينا و بالشيخ الذي فيهم يضينا
على مقل عن رؤية الخير صدت
لزاما على الأبصار غضا لمنظر
لما في عروس الأوليا الكل ضمت
من الحسن و الفضل و البها
و من مكرمات فاخرات عزيزة
إمام العلى شمس الهدى معدن الندى
مفاتيحه تغني لكل لبوسة
و قطب جميع الأولياء تحت حكمه
و تحت يديه ما أنيلت و زيدت
فكم صادر منهم يعود برفده
و كم وارد يحظى بجرل العطية
و خوف القلا و العزل فالكل منهم
لسطوته هم خاضعون لهيبة
عنيت بذا شيخا شريفا مهذبا
مرادا سخيا وصف واحد أمة
له في المعالى و العوالى علائم
نواهي سناها في عوالي همة
كريم السجايا طيب الجأش فاضل
إلى رفده الركبان من كل بلدة
ألا يا مرحبا بالمقبلينا و بالشيخ الذي فيهم يضينا
Karamah dan mimpi-mimpi beliau
Segala usaha membuahkan hasil, hasil dari
perjuangan melawan hawa nafsu adalah istiqamah (konsisten) dan karamah,
sebagian salaf mengatakan istiqamah adalah karamah yang terbesar, para
Syekh tersebut telah mencapai derajat cakap dalam pendidikan, adab,
sopan santun, dan pergaulan dengan para solihin.
Karamah dan hal-hal yang luar biasa
bukanlah target kewalian tapi dia adalah tanda kuatnya hubungan antara
hamba dengan penciptanya, biarpun tidak tampak karamah pada seseorang
bila dia mampu untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mereka
sudah merupakan kemulyaan yang tiada banding.
Dalam tulisan ini kami tidak akan
membeberkan karamah para wali sebab tujuan penulisan ini bukan untuk
menyiarkan karamah para wali, tapi untuk mengenalkan kepada para
generasi baru methode nenek moyang dalam memeluk syariat islam, dan
mengnalkan bagaiamana mereka menjalani pendidikan dimasa mudanya, yang
merupakan tujuan utama dari Syariat Nabi Muhammad SAW.
Usaha sebagian orang untuk membutakan
generasi muda dari teladan para pendahulunya dengan pemvonisan bahwa
keyakinan dan aqidah mereka itu rusak dan tidak benar, sedangkan jalan
yang sekarang mereka diktekan kepada generasi baru itulah yang benar.
Sebagai contoh, Syekh Abdurrahman Assegaf
memiliki lebih dari seratus karamah disebutkan dalam buku-buku biografi
baik yang sudah dicetak maupun yang belum, semua cerita-cerita itu di
kumpulkan dari orang-orang awam dan para pecinta Syekh, tidak satupun
dari cerita karamah itu diriwayatkan atau didiktekan oleh syekh itu
sendiri.
Anak cucu Syekh sekarang mencari kunci
sukses yang menyebabkan beliau menjadi imam dalam suluk, ustadz dalam
makrifah, dan seorang jago yang berjuluk Al Muqaddam kedua, dari sisi
ilmu, amal dan sejarah usaha beliau kedalam dan keluar.
Tanggung jawab kita adalah mengetahui
dan menunjukkan kepada semua pentingnya mempelajari sejarah ilmiyah
waktu demi waktu serta perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya,
dengan meletakkan semua aliran pada posisinya sesuai dengan Fiqh
Tahawwulat (cara memahami perubahan-perubahan) yang digariskan oleh Nabi
Muhammad SAW.
Karamah dan celaan-celaan merupakan
materi yang mengundang pro kontra para ilmuan, masyarakat pun tidak
membutuhkan vonis untuk sejarah ataupun untuk para wali tersebut,
semuanya membutuhkan sikap tanggung jawab untuk membangun dan
menciptakan komunitas islam yang modern, maka kami sampaikan bagi mereka
yang sibuk untuk menjatuhkan para salaf dengan cara ibadah mereka, kita
sekarang butuh untuk mengembalikan praktik syariat pada methode yang
pas menurut semua golongan, sebenarnya didalam islam batasan-batasan itu
sudah ada hanya kebenaran itu saja terbungkam, sekarang tinggal siapa
yang mau berjuang untuk menyatukan umat dalam satu kalimat? Baik itu
dalam hal cara pandang mereka pada peninggalan para salaf ataupun yang
berhubungan dengan batasan peneladanan mereka.
Tutup usia sang tokoh
Syekh Abdurrahman Assegaf ketika semakin
lanjut usia, usaha dan perjuangan beliau untuk semakin dekat dengan
Allah tak kunjung surut, beliau memanggil seseorang untuk membacakan Al
Quran dan beliau mendengarkan dan terkadang dengan system tadarus,
beliau dalam kondisi ini tidak satu hari pun tertinggal dari shalat
jamaah di masjid.
Beliau juga masih mengarahkan anak-anak
dan murid-muruid beliau untuk menggantikan beliau diwaktu-waktu mengajar
dan hadhrah beliau, tak lupa beliau tetap dengan gigih menggembleng
mereka untuk mempunyai jiwa bertanggung jawab.
Diantara aktivitas beliau di penghujung
usia adalam penguatan akar madrasah Hadhramaut, sampai terpupuk ilmu,
amal, kebiasaan, dan ibadah dalam jiwa pengikut beliau, konon beliau
ingin menampilkan madrasah Hadrmaut seperti cetakan yang disiapkan oleh
Al Faqih Al MUqaddam dan Al Imam Al Muhajir.
Beliau meninggal pada tahun 819 hijriah,
kabar kematian beliau mengguncangkan lembah Hadhramaut, jenazah beliau
diantar kekubur diiringi dengan banjir air mata, dan suasana duka yang
mendalam, sementara semua hanya tuduk pada firman Allah,
الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إن لله و إنا إليه راجعون ألئك عليهم صلوات من ربهم و رحمة و ألئك هم المهتدون
Orang-orang yang bila tertimpa musibah
mereka mengatkan segalanya dari Allah dan kepada-Nya lah semua akan
dikembalikan, mereka berhak mendapatkan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Beliau dimakamkan di Zanbal diringi dengan bacaan Al Quran, fatihah, dan tasbih.
Putra beliau Syekh Umar Al Muhdhar menyitir bait syair tentang beliau:
Putra beliau Syekh Umar Al Muhdhar menyitir bait syair tentang beliau:
ألا يا عين و يحك لا تنامي و بثي الدمع و اسقي كل ضامي
على فرق الذي قد صار منه جميع الجسم باك و العظام
على فرق الذي قد صار منه جميع الجسم باك و العظام
Wahai mata jangan tidur bulirkan air mata
dan berilah minum orang-orang yang haus akibat ditinggal orang yang
telah mendarah daging dengan nya
و حبه قد تمكن من فؤادي و مسكنه قليبي باكتتامي
Orang yang cintanya telah menancap dihati dan bersarang di sanubari
أنوح أنا على فرقاه نوحا يشابه نوحه نوح الحمام
Aku histeris ketika berpisah bak histeris merpati
فغاب النور منا و اعتلانا بفرقاه ظلام كالقتام
Cahaya telah sirna berganti gulita sebab perpisahan ini
و يبكيه التهجد في الليالي و تبكيه القراءة في القيام
Tahajjud malam, tilawah dan salat menangisi mendiang
و مسكنه من الجنات عدن من الرحمن تختم بالسلام
Maqam beliau disurga Aden dan selalu mendapatkan salam dari Penciptanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar